Blog ini merupakan salah satu tempat berita terpercaya tentang kegiatan yang dilakukan oleh Organisasi Muhammadiyah.

Friday, January 19, 2018

On 5:15 AM by Unknown in    No comments


TAUHID

œ Fitrah Bertuhan
Manusia sejak masih berada di alam ruh (arwah) telah ditanamkan benih iman, kepercayaan dan penyaksian (syahadah) terhadap keberadaan Allah SWT. Benih meyakini terhadap eksistensi Allah merupakan fitrah atau sesuatu yang bersifat kodrat. Fitrah inilah yang menjadi daya pendorong pertama untuk mengenal dan mendapatkan Allah SWT. Allah menciptakan manusia diserta dengan berbagai macam naluri, termasuk di dalamnya naluri bertuhan, naluri beragama yaitu agama tauhid. Tugas para nabi adalah untuk mengingatkan manusia terhadap fitrahnya dan untuk membimbingnya kepada tauhid yang menyatu dengan sifat dasarnya.
Akal pikiran yang merupakan alat yang dipercaya dan dihandalkan untuk menganalisa dan menyelesaikan berbagai masalah ternyata tidak mampu menguak misteri “ada mutlak”. Para filosuf ketika sampai pada titik “ada mutlak” ini, mengakui secara jujur bahwa untuk menerima atau tidak menerima, meyakini atau tidak meyakini kebenaran Tuhan, alat penentunya bukan dengan akal pikiran, melainkan semata-mata akan ditentukan dengan “belief” keyakinan atau kepercayaan.
Fitrah bertuhan dalam arti berkeinginan untuk mengetahui dan mengenal Allah, yang kemudian didukung oleh akal pikiran yang kritis dan radikal akan melahirkan kegairahan yang luar biasa untuk menatap dan menguak ayat-ayat Allah yang tergelar dalam jagad raya. (Q.S Fushilat-41:53, Al-Gha:syiah-88: 17-22, Al Waqi’ah-56: 63-65, 68-72, Al Mulk-67: 30, Al Anbiya’ 21: 30-33). Renungan manusia dengan menggunakan akal pikiran yang kritis disertai dengan pengamatan intuisi yang halus dan tajam pasti akan membuahkan hasil semakin bertambah kuat keyakinan (belief) bahwa sesungguhnya jagad raya beserta seluruh isinya ini adalah makhluk Allah yang diciptakan oleh sang Maha Pencipta dengan penuh perencanaan dan bertujuan (Q.S Al Mukminin 23: 115 dan Ali Imran 3: 191)

œ Argumentasi Pembuktian Terhadap Eksistensi Allah SWT
Dalam Q.S. Muhammad, 47: 19 Allah telah memerintahkan kita untuk menggunakan segala potensi yang dimiliki untuk membaca “ayat-ayat Allah” yang berupa ayat kauniyah guna memperkokoh “belief”, keyakinan yang sudah tertanam dalam lubuk hati. Oleh karena itu, para filosuf mengemukakan adanya empat argumentasi pembuktian terhadap eksistensi Allah, yaitu:
a.     Pembuktian Kosmologi
Yaitu suatu bukti yang berhubungan dengan ide tentang kausalitas / sebab (causality). Plato dalam Pasha (2003) mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi pasti dikarenakan dan didahului oleh suatu sebab. Theo Huibers menyatakan bahwa tidak mungkin ada suatu rangkaian sebab yang tak terhingga. Dalam benda-benda yang terbatas rangkaian sebab musabab akan berjalan secara terus-menerus. Akan tetapi dalam logika rangkaian yang terus-menerus seperti itu mustahil. Jadi di belakang sebab-sebab yang merupakan rangkaian yang sangat kompleks tentu ada sebab yang pertama, yang tidak disebabkan oleh sebab yang lain. SEBAB YANG PERTAMA inilah yang dinamakan TUHAN. (Q.S. at-Thur 52: 35, al Waqi’ah 56: 58-59, 68-69, 71-72, An-Nahl 16: 70-75, ar-Rum 30: 20-25)
b.    Pembuktian Ontologis
yaitu pembuktian adanya Tuhan berdasarkan refleksi atas kenyataan objektif dengan berpedoman pada konsep mengenai ADA YANG SEMPURNA (perfect being). Suatu kepastian yang berlaku baik bagi pikiran maupun bagi realitas dinamakan “prinsip alasan yang mencukupi” atau alasan yang memuaskan” (lihat Q.S al A’raf 7: 172)
c.     Pembuktian Teologis
Yaitu pembuktian adanya Tuhan dengan berpedoman pada konsep keterpolaan (desain) di dalam alam semesta yang membutuhkan ‘desainer’. Di dalam dunia kita melihat kompleksnya unsur-unsur dunia ini, akan tetapi terlihat sangat teratur sekali. Alam semesta menunjukkan bentuk keteraturan itu, dimana planet-planet yang bertaburan, namun tidak saling berbenturan satu sama lain. Hal itu menunjukkan adanya ‘a greater intelleigent desaigner’, yaitu Tuhan. Tegasnya ‘langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan kepada pekerja tangan-Nya”. (lihat Q.S as-Sha:ffa:t 37: 6 dan Qa:f 50: 6)
d.    Pembuktian Moral
Yaitu pembuktian adanya Tuhan dengan berpegang pada pengandain adanya hukum moral umum yang memperlihatkan adanya ‘Penjamin Moral’. Kesadaran manusia untuk melakukan perbuatan yang utama semata-mata didorong oleh suara hati. Tiap-tiap orang pasti mengalami pada dirinya sendiri, bahwa terdapat perbuatan-perbuatan yang tidak diperbolehkan. Berkat suara hati manusia merasa sungguh-sungguh bertanggung jawab atas tindakannya, dan mempunyai kesadaran bahwa ia tidak boleh bertindak melawan keyakinan moralnya. (Lihat Q.S As Syamsu 91: 8)

œ  Pengertian Tauhid
Istilah tauhid berasal dari ‘a-ha-da’, artinya satu, tunggal. Dari segi bahasa, Tauhid bermakna menunggalkan atau mengesakan. Sedangkan kalau dilihat dari segi istilah yang dimaksud dengan tauhid adalah “mengesakan Allah SWT, baik dari segi dzat (substansi), nama dan sifat maupun perbuatan-Nya (af’al)”.
Meyakini terhadap eksistensi Allah haruslah mengandung pengertian mengakui terhadap apa pun yang menjadi kemauan Allah yang seluruhnya telah dijelaskan lewat firman-Nya yang terdapat dalam Qur’anul Karim. Oleh karena itu, kalau dalam mentauhidkan Allah hanya sekedar berhenti pada keyakinan dan pengakuan tanpa diikuti dengan perbuatan yang sejalan dengan kemauan Allah, pengakuan seperti itu dapat dikatakan sebagai pengakuan yang tidak ada buktinya. Iman atau pengakuan yang sempurna (ta:mmah) kalau di dalamnya terdapat tiga unsur yang bulat dan padu, yaitu meyakini dalam hati (tashdi:qun bi al-qalbi), diikrarkan dengan ucapannya (iqra:run bi al-lisa:ni), serta diamalkan dengan tindakan yang konkret dan riel (amalun bi al-janani).
Para ulama telah sepakat bahwa dengan memahami pengertian tauhid secara objektif dan proporsional, maka di dalam makna tersebut terkandung tiga unsur yang mutlak adanya, yaitu:
a.     Tauhid Rubu:biyah

b.    Tauhid Mulkiyah
c.     Tauhid Ulu:hiyah

œ Argumentasi Pembuktian Terhadap Eksistensi Allah SWT

0 comments:

Post a Comment