Blog ini merupakan salah satu tempat berita terpercaya tentang kegiatan yang dilakukan oleh Organisasi Muhammadiyah.

Friday, January 19, 2018

On 5:30 AM by Unknown in    1 comment


Ke-MUHAMMADIYAH-an
A. Pendahuluan
Ormas tau organisasi kemasyarakatan memiliki peran yang signifikan dalam sejarah panjang bangsa Indonesia, baik itu pra kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan. Ormas senantiasa berada dibaris depan dalam perjuangan bangsa merebut kemerdekaan dari penjajah.

Ormas Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) telah memberikan konstribusi positif dalam memajukan bangsa Indonesia dari semua aspek. Ormas dengan kekuatan dan jejaring anggotanya yang sampai di daerah-daerah serta berbagai sarana pendidikan, kesehatan, sosial yang dimilikinya mampu meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia ketika terpuruk pada masa awal pasca kemerdekaan. Salah satu ormas yang membantu bangsa ini dalam meraih kemerdekaannya sekaligus meningkatkan kualitas dan kesejateraan hidup masyarakat pasca kemerdekaan adalah Persyarikatan Muhammadiyah.

Secara etimologis Muhammadiyah berasal dari dua suku kata ; Muhammad dan iyah. Muhammad berarti Nabi dan Rasulullah (Muhammad SAW) sedangkan Iyah berarti pengikut. Jadi persyarikatan Muhammadiyah secara etimologis berarti peningikut nabi Muhammad SAW, dalam arti mengamalkan sunnah-sunnahnya sekaligus jejak perjuangannya dalam memajukan agama Islam. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Alquran dan sunah, didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Zulhijah 1330 H, bertepatan 18 November 1912 Miladiyah di Kauman kota Yogyakarta. Menurut anggaran dasar yang diajukan kepada pemerintah pada waktu pendiriannya, terdapat 9 orang pengurus inti, yaitu: Ahmad Dahlan sebagai kctua, Abdullah Sirat sebagai sekretaris, Ahmad, Abdul Rahman, Sarkawi, Muhammad, Jaelani, Akis, dan Mohammad Fakih sebagai anggota.

B. Sejarah Kelahiran
Secara garis besar kelahiran Muhammadiyah dilandasi oleh 2 (dua) faktor utama, yakni faktor subjektif dan faktor objektif. Faktor subjektif adalah faktor yang datangnya dari KH. Ahmad Dahlan secara personal, sedangkan faktor objektif terbagi menjadi 2 (dua), yakni internal atau kondisi umat Islam dan bangsa Indonesia dan eksternal atau kondisi umat Islam secara global.
a.   Faktor subjektif
ini dilandasi oleh perenungan (kontemplasi) KH. Ahmad Dahlan yang melakukan pembacaan secara kritis terhadap kondisi umat dan bangsa. Beliau menilai ajaran Islam yang universal (rahmatan lil alamin) yang bersumber dari AL Qur’an dan As Sunnah tidak dipahami dan tidak dinyatalaksanakan dengan konsisten, hal ini menurut beliau menyebabkan terjadinya bias dalam beragama (signifitasi), dimana umat Islam menjalankan Islam tidak sesuai dengan sumbernya melainkan cenderung terhegemoni oleh ajaran nenek moyang maka yang terjadi adalah nilai ajaran Islam terdistorsi oleh ajaran nenek moyang (animisme dan sinkritisme) dan menyebabkan lahirnya penyakit tauhid yakni takhyul, bid’ah dan khurafat. Selain itu beliau melihat, rendahnya pemahaman agama (Islam) umat pada masa itu menyebabkan sebagian besar umat terkungkung dalam kemiskinan dan kebodohan karena menganggap kedua hal tersebut adalah takdir semata yang harus diterima begitu saja, padahal Islam mengajarkan optimisme dalam menjalankan hidup, bahkan beliau sangat risau ketika melihat Islam hanya diamalkan sebagai ritus semata.

Hal ini membuat beliau tergerak untuk menghadirkan Islam yang transformatif, yang membangun hubungan dengan Allah (transenden), sekaligus membebaskan manusia dari kemiskinan dan kebodohan struktural, serta penindasan bahkan penghambaan manusia atas manusia (liberasi) dan mengajarkan umat untuk membangun hubungan yang baik atas sesama makhluk dengan prinsip tolerasi, egaliter, tolong menolong, dan lain-lain (Humanitas). Upaya tersebut diyakini oleh KH. Ahmad Dahlan akan lebih baik dan lebih cepat terwujud apabila dilakukan secara bersama, diorganisir, terencana, sistematis, kontinyu dan senantiasa berlandaskan keikhlasan ( Al Imran 104). 

b.   Faktor Objektif
- Internal
Pada abad XIX kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia telah semakin mantap, yang tentu saja secara langsung berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan di dalam masyarakat. Secara politik, kontrol pemerintah kolonial terhadap wilayah, penguasa lokal, dan masyarakat secara umum telah berjalan secara sistematis melalui jaringan birokrasi kolonial yang telah mampu bcrpengaruh sampai tingkat yang paling rendah’ walaupun di beberapa daerah, terutama di luar pulau Jawa, masih terjadi perlawanan terhadap perluasan kekuasaan kolonial. Politik tanam paksa yang dilakukan penjajah semakin memperburuk kondisi masyarakat pada masa itu.

Pemerintah kolonial juga membatasi pendidikan hanya untuk sedikit rakyat pribumi khususnya bagi mereka yang ningrat(darah biru) dan pribumi yang mendukung pendudukan kolonial di Indonesia. Walau begitu, hal ini mampu dimanfaatkan oleh sebagian rakyat, sehingga secara perlahan komunitas intelektual (terpelajar) terbentuk dan mulai menyusun strategi untuk mengusir penjajah.

Sejalan dengan kondisi bangsa, kondisi umat Islam Indonesia tidak lebih baik, pada masa itu sangat jauh menyimpang dari ajaran Islam murni yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah. Islam di Indonesia pada abad XIX juga mengalami krisis kemurnian ajaran, kestatisan pemikiran maupun aktivitas, dan pertentangan internal. Perjalanan historis penyebaran agama Islam di Indonesia sejak masa awal melalui proses akulturasi dan sinkretisme, pada satu sisi telah berhasil meningkatkan kuantitas umat Islam. Akan tetapi secara kualitas muncul kristalisasi ajaran Islam yang menyimpang dari ajaran Islam yang murni. Pengamalan ajaran Islam bercampur dengan takhyul, bid’ah, dan khurafat. Di samping itu, pemikiran umat Islam juga terbelenggu oleh otoritas madzhab dan taqlid kepada para ulama sehingga ijtihad tidak dilakukan lagi. Dalam pengajaran agama Islam, secara umum Qur’an yang menjadi sumber ajaran hanya diajarkan pada tingkat bacaan, sedangkan terjemahan dan tafsir hanya boleh dipelajari oleh orang-orang tertentu saja.“’

Begitupun dengan aplikasi atau pengamalan Al Qur’an tidak nampak baik dalam kehidupan pribadi maupun social kemasyarakatan. Sementara itu, pertentangan yang bersumber pada masalah khilafiyah dan firu‘iyah sering muncul dalam masyarakat Muslim, akibatnya muncul berbagai firqah dan pertentangan yang bersifat laten. Kondisi umat Islam yang sangat merosot sedikit banyak dipengaruhi akibat dari kedatangan kolonial yang mengalami perlawanan dari umat Islam sehingga langsung maupun tidak langsung umat Islam menjadi musuh utama kolonial Belanda.
 
- Eksternal 
Kondisi umat Islam secara global juga mengalami kemorosotan akibat friksi-friksi yang kuat karena perbedaan penafsiran, taqlid terhadap ulama dan mazhab tertentu. Di tengah-tengah kemerosotan itu, sejak pertengahan abad XIX muncul usaha untuk mengatasi krisis internal dalam proses sosialisasi ajaran Islam, akidah, maupun pemikiran pada sebagian besar masyarakat, baik yang disebabkan oleh dominasi kolonialisme dan imperialisme Barat, maupun sebab--sebab lain yang ada dalam masyarakat Muslim itu sendiri   muncul ide-ide pemurnian ajaran dan kesadaran politik di kalangan umat Islam melalui pemikiran dan aktivitas tokoh--tokoh seperti: Jamaludin Al-Afgani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan para pendukung Muhammad bin Abdul Wahab.‘L Jamaludin Al-Afgani banyak bergerak dalam bidang politik, yang diarahkan pada ide persaudaraan umat Islam sedunia dan gerakan perjuangan pembebasan tanah air umat Islam dari kolonialisme Barat. Sementara itu, Muhammad Abduh dan muridnya, Rasyid Ridha, berusaha memerangi kestatisan, syirk, bid’ah, khurafat, taqlid, dan membuka pintu ijtihad di kalangan umat Islam. Kesadaran tersebut juga mendorong KH. Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaharuan Islam di Indonesia. 

C.  Tujuan
Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah sejak berdiri hingga sekarang ini telah mengalami beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan bahasa dan istilah. Tetapi, dari segi isi, maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak berubah dari semula. Pada waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan sebagi berikut :
- Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw. kepada penduduk bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta
- Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya

Hingga tahun 2000, terjadi tujuh kali perubahan redaksional maksud dan tujuan Muhamadiyah. Dalam muktamarnya yang ke-44 yang diselenggarakan di Jakarta bulan Juli 2000 telah ditetapkan maksud dan tujuan Muhamadiyah, yaitu :   Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT (BAB II Pasal 3)

D. Rumusan Ideologis
Ideologi Berasal Dari Kata Idea Dan Logos, Yaitu Ajaran Atau Ilmu Pengetahuan Yang Secara Sistematis Dan Menyeluruh Membahas Gagasan, Cita-Cita, Angan-Angan Atau Gambaran Dalam Pikiran Untuk Mendapatkan Keyakinan Mengenai Hidup  Dan Kehidupan Yang Benar Dan Tepat (Jindar Taminy)

Muhammadiyah sebagai gerakan agama yang didalamnya terkandung sistem keyakinan, pengetahuan, organisasi, raktik aktivitas,  yang mengarah pada tujuan yang dicita-citakan

3 (tiga) Pilar ideologi Muhammadiyah :
-  Jamaah (warga)
-  Jam’iyah (organisasi)
-  Imamah (kepemimpinan)

Adapun hal-hal yang mendukung ideology Muhamadiyah adalah :
  1. Alam pikiran muhammadiyah telah diadopsi masyarakat luas sehingga menjadi sebuah gerakan tersendiri yang membedakan dengan gerakan lain
  2. Telah memiliki doktrin gerakan
  3. Muhammadiyah telah tumbuh sebagai sebuah sistem gerakan yang terorganisasi rapi untuk mencapai cita-cita sosialnya
  4. Telah dianut oleh sejumlah besar umat
  5. Mempunyai cita-cita sosial, yaitu masyarakat islam yang sebenar-benarnya

Beberapa rumusan Ideologi Muhammadiyah :
  1. Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
  2. Matan dan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCH)
  3. Kepribadian Muhammadiyah
  4. Tafsir 12 Langkah Muhammadiyah

E.  Lima Doktrin Muhammadiyah
1.                    Menegakkan tauhid Murni
Kelahiran Muhammadiyah sejak awal adalah dalam rangka untuk mendakwahkan Islam murni sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Praktek TBC yang dilakukan umat Islam pada masa kelahiran Muhammadiyah hingga hari ini masih terus terjadi, tidak saja dalam bentuk yang konvensional/tradisional tapi juga semakin modern. Bila dimasa lalu manusia menduakan Allah dengan pohon besar ataupun dengan mitos-mitos tapi pada era sekarang manusia mempertuhankan manusia, harta, jabatan dan lain-lain.
Muhammadiyah secara konsisten berupaya untuk menanamkan Tauhid murni bagi umat Islam secara umum. Menyadarkan umat Islam bahwa segala sesuatu yang ada diatas muka bumi ini adalah ciptaan Allah, maka sudah sepatutnya kita menyembah kepada yang maha pencipta dan penguasa alam semesta.
2.                    Pencerahan Ummat
Ilmu pengetahuan adalah barang hilangnya kaum muslim yang harus direbut kembali. Untuk itu sejak awal Muhammadiyah memulai gerakannya dengan membangun sarana pendidikan sebanyak mungkin. Dalam mencerdaskan dan kehidupan umat Islam, Muhammadiyah menempuh tiga proses pendidikan sekaligus, yakni ta’lim (mencerdaskan otak manusia), tarbiyah (mendidik perilaku yang benar), dan ta’dib (memperhalus adab kesopanan).
Lewat pencerahan umat ini akan lahir manusia-manusia yang beragama, cerdas, kritis, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, berwawasan luas dan yakin akan kemampuan diri sendiri.   
3.                    Menggembirakan Amal Shalih
Doktrin iman tanpa amal shaleh bagaikan pohon tanpa buah. Menggembirakan yang dimaksud disini adalah memobilisasi amal-amal shalih individu dipadukan menjadi amal shaleh organisasi (Muhammadiyah) agar rapi, terencana, terarah, dan sampai kepada masyarakat secara nyata.  Hal ini didukung dengan etos kerja yang kuat dalam semboyan sedikit bicara banyak bekerja.
4.                   Kerjasama untuk Kebajikan
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar senantiasa membangun kerjasama dan sinergitas dengan kelompok-kelompok manapun khususnya kelompok Islam. Hal ini didasari oleh perintah Allah dalam Q.S. Al Maidah : 2


5.                    Tidak Berpolitik Praktis
Muhammadiyah dalam mencapai cita-cita perjuangan untuk membangun masyarakat utama yang diridhai Allah SWT, Muhammadiyah menghindari kegiatan politik praktis tetapi dengan melakukan pembinaan masyarakat lewat siraman nilai-nilai Islam, meningkatkan kompetensinya, membantu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Sehingga ketika memasuki dunia praktis termasuk politik praktis senantiasa membawa nilai-nilai Islam yang telah mereka yakini dan amalkan.

F.  Struktur Organisasi
  1. Pimpinan Ranting setingkat Kelurahan
  2. Pimpinan Cabang setingkat kecamatan
  3. Pimpinan Daerah setingkat Kabupaten/Kota
  4. Pimpinan Wilayah setingkat Provinsi
  5. Pimpinan Pusat setingkat Nasional

G.  Amal Usaha Muhammadiyah
Usaha Muhammadiyah dalam memajukan Islam, menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin sekaligus membentuk masyarakat utama yang diridhai Allah SWT, dilakukan dengan mendirikan amal usaha dengan prinsip usaha sebagai amal warga Muhammadiyah. Amal usaha Muhammadiyah sudah banyak yang berdiri khususnya di bidang Pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, PT), Kesehatan (RS, Poliklinik, RB, dll), Sosial (Panti Asuhan), dan ekonomi (BMT, dll)


H.Ortom Muhammadiyah
Ortom atau organisasi otonom Muhammadiyah, merupakan organisasi yang didirikan oleh Muhammadiyah untuk mendukung gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang dikembangkan Muhammadiyah. Oleh Muhammadiyah ortom diberikan kebebasan untuk mengurus rumah tangganya secara independent namun tetap dalam bingkai nilai-nilai yang dikembangan Muhammadiyah.
Adapun macam-macam ortom Muhammadiyah adalah sebagai berikut :

1.                    ‘Aisyiyah                  
2.                    Pemuda Muhammadiyah                 
3.                    Nasyiatul ‘Aisyiyah                 
4.                   Ikatan pemaja Muhammadiyah
5.                    Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah                   
6.                   Tapak Suci
7.                    Hizbul Wathan

1 comment: